Sabtu sore ketika saya dan isteri menyusuri jalan raya menuju Lapangan Benteng, kota Medan masih dipenuhi dengan hiruk-pikuk kendaraan lalu-lalang menuju segala penjuru. Ada yang baru saja mengakhiri aktivitas harian dalam pekerjaan lalu pulang ke rumah, ada pula yang mempersiapkan diri untuk bermalam minggu, dan sebagainya. Pastinya, banyak juga penduduk Medan dan sekitarnya yang sedang melakukan perjalanan menuju pusat keramaian kota di Lapangan Benteng. Ya, hari ini adalah malam terakhir diadakannya KKR Sumatra for Jesus oleh GMS my home. Sebelumnya, pada pukul 14.00 – 15.00 WIB di ruang ibadah utama Gereja Mawar Sharon telah dilaksanakan sesi penutupan konferensi Sum4Je (singkatan Sumatra for Jesus) oleh Ps. Yosep Moro Wijaya. Dalam sesi terakhir sekaligus penutupan konferensi ini, sekali lagi Ps. Moro mengingatkan seluruh peserta konferensi dan para delegasi dari luar kota yang hadir untuk menjadi garam dan terang bagi dunia, khususnya di Sumatera. Ps. Caleb Natanielliem selaku Asisten Gembala Sidang Sinode Gereja Mawar Sharon pun turut mendoakan seluruh peserta konferensi dalam acara penutupan ini.
Saya tiba di Lapangan Benteng sekitar pukul 17.30 WIB. Matahari sore dengan hangatnya menyambut kedatangan saya yang segera bergegas ke stage utama untuk turut memimpin doa bersama dengan para panitia yang bertugas sebelum dimulainya KKR. Puji Tuhan, para pendoa pun dapat merasakan bahwa kami semua telah meraih kemenangan di alam roh. Dalam KKR ini kami akan menuai banyak jiwa bagi kemuliaan Tuhan Yesus! Saya menyaksikan, selain para panitia dan volunteer yang begitu antusias dalam KKR ini, para pengunjung yang hadir lebih awal – sekitar 1000 orang lebih di antaranya – turut berdoa dan memuji Tuhan. Persiapan demi persiapan terus dilakukan oleh panitia hingga menjelang pukul 18.30 WIB. Tiba-tiba angin berhembus sangat kencang, kain-kain penutup tenda panitia pun sampai terhempas angin. Secara drastis, sinar matahari yang cerah tertutup awan gelap dan secara perlahan rintik-rintik air hujan membasahi Lapangan Benteng dan sekitarnya. Sekalipun segenap pengunjung yang lebih awal hadir sempat panik, namun para panitia begitu sigap dan tidak menunjukkan kepanikan sehingga dapat mengendalikan kondisi akibat cuaca yang sangat tidak terduga. Saya dan isteri bergegas menuju tenda pendoa untuk berdoa agar Tuhan menberikan cuaca yang cerah serta menjauhkan hujan agar KKR dapat tetap dilangsungkan dengan baik. Secara pribadi, Tuhan memberikan kesaksian di dalam batin saya, “Aku akan menunjukkan kemuliaan-Ku di hadapan semua orang bahwa Aku berkuasa atas cuaca dan berkenan atas KKR ini.”. Saya hanya memegang janji-Nya dan percaya bahwa KKR ini akan terus berlanjut, Tuhan sanggup mengendalikan cuaca dan menghentikan hujan.
Puji Tuhan, setengah jam berlalu dan rintik-rintik air hujan berangsur-angsur berhenti. Angin kencang tiada bertiup lagi. Sekali lagi, saya dan Ps. Rebecca Mustika Dewi (yang juga turut menjadi pembicara di salah satu workshop doa konferensi Sum4Je) mengambil alih otoritas rohani di area stage dan memimpin doa di hadapan para panitia dan pengunjung yang hadir untuk memuji kebesaran Tuhan dan menenangkan segenap pengunjung serta mempersiapkan untuk dimulainya KKR Sum4Je di hari kedua ini. Puji Tuhan! Medan menjadi saksinya, baik para hadirin, orang-orang yang berada di sekitar Lapangan Benteng pun menjadi saksinya! KKR dimulai dan hujan pun berhenti! Orang-orang semakin banyak berdatangan dan mengisi kursi-kursi yang telah disediakan oleh panitia. Di malam kedua ini KKR akan dibuka dengan penampilan drum light yang luar biasa dan menaikkan puji-pujian di hadapan Tuhan serta menampilkan special beatbox performance oleh “Beat World” dari Surabaya. Ketika acara dimulai, semakin banyak orang terus berdatangan memenuhi Lapangan Benteng untuk menyaksikan kebesaran Tuhan.
Sesaat sebelum Firman Tuhan disampaikan oleh Ps. Philip Mantofa, hujan rintik-rintik kembali turun. Segenap pendoa dan panitia segera berdoa dengan lebih lagi. Jangan sampai hujan menghalangi pemberitaan Firman Tuhan! Sekalipun beberapa hadirin sudah membuka payung dan berlindung di bawah naungannya, seluruh pengunjung yang hadir tidak bergeming untuk menantikan Firman Tuhan disampaikan. Tampak Ps. Caleb sekeluarga, Ps. Moro dan isteri, dan segenap gembala-gembala lokal lainnya dari GMS di Sumatera yang berada di jajaran kursi depan tetap mengikuti berlangsungnya KKR meskipun pakaian yang dikenakan semakin lama semakin basah oleh rintik-rintik hujan. Saya hanya menatap ke langit dan saat air hujan membasahi kaca mata, saya berkata sambil tersenyum, “Oh Tuhan, betapa romantisnya Engkau… Untuk menyampaikan Firman-Mu pun perlu dalam suasana hujan rintik-rintik seperti ini agar berkesan di dalam hati…” Saya tetap bersyukur, karena angin juga tidak berhembus dengan kencang dan hujan tidak semakin deras.
Ps. Philip Mantofa menyampaikan Firman Tuhan yang berjudul “Air sumber hidup” – judul perikop dari Injil Yohanes. 7:37-39.
Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: “Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.” Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan. (Yohanes 7:37-39)
Bila Yesus memberikan ‘air kehidupan’ – yaitu Roh Kudus maka ada tiga hal yang terjadi:
1. Manusia yang harusnya mati akan beroleh hidup yang kekal
2. Kita yang harusnya binasa malah beroleh pengampunan
3. Hidupnya diubah, yang semula hidup untuk diri sendiri akan menjadi saksi Yesus ke mana-mana dan diberi baptisan Roh Kudus dengan tanda berbahasa roh
Apabila mau mengubah budaya seseorang, ubah bahasanya dulu. Karena itu, melalui bahasa Roh, seseorang yang berbahasa ‘Sorga’ akan mudah mempelajari budaya Sorga. Untuk menerima baptisan Roh Kudus, ada tiga hal yang harus dipenuhi, yaitu:
1. Haus; seperti yang dituliskan di ayat ke-37: “Barangsiapa haus…”
2. Percaya kepada Yesus
3. Minta, seperti yang tercantum dalam Luk. 11:9-13, “Oleh karena itu Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. Bapa manakah di antara kamu, jika anaknya minta ikan dari padanya, akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan? Atau, jika ia minta telur, akan memberikan kepadanya kalajengking? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya.”
Di akhir khotbahnya, Ps. Philip mengundang segenap hadirin yang belum pernah menerima baptisan Roh Kudus dengan tanda berkata-kata dalam bahasa roh serta ingin menerimanya untuk bangkit berdiri. Banyak sekali orang yang berdiri di antara kerumunan 8.647 orang yang hadir malam itu. Dalam tiga kali periode saat mendoakan semua orang yang berdiri, banyak di antaranya yang langsung menerima baptisan Roh Kudus dengan tanda berbahasa lidah! Ps. Philip kemudian membacakan Firman Tuhan dalam Kis. 10:47, “Bolehkah orang mencegah untuk membaptis orang-orang ini dengan air, sedangkan mereka telah menerima Roh Kudus sama seperti kita?”. Ps. Philip kemudian mengadakan altar call bagi mereka semua yang ingin menerima Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat serta langsung memberi diri dibaptis malam itu. Luar biasa, ketika sekitar 1500 orang maju ke depan untuk menerima pengampunan dosa dan membuka hatinya bagi Tuhan Yesus, hujan pun berangsur-angsur berhenti. Tercatat 268 orang yang memberi diri dibaptis selam malam ini. Jadi, keseluruhan yang dibaptis selam selama dua hari KKR Sum4Je adalah 514 orang. Sorga menuai banyak jiwa yang kembali pada Kristus!
Di penghujung KKR Sum4Je, saya dan para gembala lokal Gereja Mawar Sharon yang ada di Sumatera mendoakan kota-kota di mana kami ditempatkan. Ps. Moro mendoakan seluruh tanah Sumatera serta Ps. Caleb Natanielliem turut mendedikasikan Sumatra bagi Yesus. Di akhir acara, Ps. Caleb dan Ps. Moro bersama-sama memukul sebuah gong yang besar sebagai sebuah simbolisasi bahwa Sumatera dipersembahkan bagi Tuhan Yesus dan dilanjutkan sambil menaikkan pujian theme song “Sumatra for Jesus”. Segala jerih lelah, upaya, doa, tenaga, dana, dan waktu yang telah dikorbankan baik oleh segenap pemimpin-pemimpin rohani maupun para volunteer tidak sia-sia! Kami telah menjadi saksi mata kebesaran Tuhan malam ini. Hujan pun tidak dapat menghentikan KKR “Sumatra for Jesus” ini! Datanglah Kerajaan-Mu di pulauku! Segala kemuliaan hanya bagi Tuhan Yesus.